Senin, 20 Juni 2011

Khusu’ dalam pandangan al-qur’an

PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kalamullah yang telah diturunkan kepada rasulallah dengan penuh hikmah dalam setiapa ayat-ayatnya. Al-Qur’an mengandung semua hal yang berkaitan dengan urusan manusia baik untuk di dunia atau pun di akhirat kelak. Baik itu mengenai ibadah , muamallah, atau pun yang lainnya, yang pasti telah ada aturan dan petunjuknya dalam al-Qur’an yang mengatur bagaimana tatacara melaksanakannya dengan menggunakan petunjuk Al-qur’an.
Seperti halnya dalam ibadah, tentunya semua telah ada aturannya dalam Al-Qur’an baik itu secara langsung ataupun tidak langsung. Seperti ibadah salat, mulai dari bersucinya, tatacara pelaksanaannya, hingga nilai kekhusu’annyapun telah ada bahasannya dalam al-qur’an.
Jauh daripada itu, di dsalam makalah ini akan membahas tentang “Khusu’ dalam pandangan al-qur’an. Dan ada beberapa hal yang akan kami ketengahkan dalam makalah ini, diantaranya yaitu apa makna khusu’ menurut al-qur’an? dan bagaimana shalat yang khusu’ menurut al-qur’an? 

PEMBAHASAN
Kendati kata khusyu’ sudah tidak asing bagi kaum Muslimin, namun pada praktiknya dalam kehidupan sehari-hari masih dirasa perlu ada tambahan penjelasan. Bagaimana sebenarnya khusyu’ menurut Al Qur’an itu.
A. Makna khusyu’ menurut al-Qur’an
- Khusyu’ dengan suara, seperti yang terdapat dalam surat Thâhâ ayat 108;
وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا
“Dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.” (Q.S. Thâhâ,: 108)
- Khusyu’ dengan qalbu atupun khusyu’ dengan menghadirkan hati ketika mengingat Allah, hal itu terdapat dalam surat Al Hadîd ayat 16;1
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman menundukkan hati mereka untuk mengingat Allah.” (Q.S. Al Hadîd,: 16)
- Khusyu’ dengan menangis dan bersujud, hal ini terdapat dalam surat Al Isrâ’ ayat 109;2
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu`.” (Q.S. Al Isrâ’ : 109)
- Khusyu’ karena takut kepada Allah makna khusyu tersebut terdapat dalam surat Al Hasyr ayat 21;
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْءَانَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.” (Q.S. Al Hasyr, 59: 21)
- Khusyu’ karena takut dan harap, terdapat pada surat Al Anbiyâ’ ayat 90;
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
”Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (Q.S. Al Anbiyâ’, 21: 90)
- Khusyu’ dalam pandangan, terdapat pada surat Al Qalam ayat 43;
خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
“(dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan.” (Q.S. Al Qalam, 68: 43)
- Khusyu’ dengan wajah, hal ini terdapat pada surat Al Ghâshiyah ayat 2;
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ
“Banyak muka pada hari itu tunduk terhina.” (Q.S. Al Ghâshiyah, 88: 2)
Berdasarkan informasi ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan degan khusyu’ maka didapati pengertian bermacam-macam yang intinya tetap mengacu kepada ‘merendahkan diri’. Bervariasinya pengertian khusyu’ dalam Al-Qur’an ini menunjukkan bahwa sifat khusyu’ tidak hanya berlaku dalam satu konteks ibadah saja seperti shalat akan tetapi bisa meluas kepada berbagai aspek baik yang berhubungan degan ibadah maupun yang berhubungan dengan non ibadah. Dengan demikian sifat khusyu’ adalah sifat yang melekat pada diri seseorang kapan dan dimana saja dan tidak hanya tertentu dalam konteks ibadah saja.3
Khusyu’ dalam ibadah sulit diukur dengan ilmu fiqih sebab khusyu' adalah komunikasi seorang hamba dengan Allah yang tidak selalu melibatkan gerakan lisan atau anggota tubuh lainnya karena yang lebih menentukan kekhusyu’an adalah penghayatan terhadap apa yang diungkapkan dalam hati.
Namun demikian, tidak berarti bahwa khusyu’ itu masalah gaib atau sesuatu yang tidak terukur. Justru, khusyu adalah tingkatan yang mesti kita capai dan kita upayakan, baik dalam shalat, membaca Al Qur’an, berdoa, atau dalam hal yang lainnya.

B. Shalat Yang Khusyu Menurut Al-Qur’an

Kita sering mengasosiakan khusyu' dengan kontemplasi, semedi atau meditasi yang biasa dilakukan dalam praktek ritual agama lain. Kita menjadi lupa untuk menggali bagaimana Al Qur'an menjelaskan mengenai khusyu' itu.4
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya". (QS Al Baqarah [2] 45-46).
Dari kedua ayat tersebut, dapat disimpulkan khusyu' bukanlah konsentrasi, tetapi keyakinan sedang menghadap Allah. Kita hanya perlu memiliki sangkaan/keyakinan ketika kita melaksanakan ibadah salat sehingga bisa bersikap untuk menghadapkan diri kita sepenuhnya kepada Allah dengan sadar dan rela mengembalikan seluruh jiwa raga kita kepada Allah.5
Sesungguhnya Allah telah memuji orang-orang yang khusu’, seperti yang disebutkan dalam surat Al-Mu’minuun ayat satu dan dua;
“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya” (Q.s. Al-Mu’minuun : 1-2)
Khusyu’ dalam sembahyang akan diperoleh oleh orang yang menjalankan sembahyang dengan membulatkan jiwanya dan melepaskan diri dari yang selain sembahyang. Ketika itu, yang terdapat dalam hati dan jiwanya hanyalah sembahyang, sehingga sembahyang bisa menjadi penawar untuk mewujudkan ketenangan jiwa.6 Rasulullah bersabda;
“Sesungguhnya salat itu ketetapan hati, ketundukan diri, kerendahan hati, ratapan batin, dan penyesalan diri. Engkau rendahkan dirimu seraya berucap ‘Allahumma…Allahumma….(Ya Allah….. ya Allah….)’.barangsiapa tidak berbuat demikian, salatnya tidak sempurna.”

KESIMPULAN
Khusyu’ adalah suatu sikap yang diwajibkan dalam melaksanakan sembahyang , mengingat beberapa penyebab dibawah ini :
1. Untuk bisa memahami (merenungkan) apa yang dibacanya. Memahami apa yang dibacanya tentulah dengan mengetahui maknanya.
2. Untuk mengingat Allah dan menumbuhkan perasaan takut kepada ancaman-ancaman-Nya.
3. Untuk mewujudkan munajat (perhubungan dengan Allah) yang sebenar-benarnya. Orang yang bersenbahyang berarti sedang bermunajat (berbicara) dengan Allah. Berbicara dengan Allah tidak akan dihargai (diperhatikan), apabila keadaan hatinya lalai atau tidak khusyu’. Oleh karenanya, para ulama berkata: “sembahyang yang tidak khusyu’ bagaikan tubuh yang tidak berjiwa.”

DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy. Hasbi. Tafsir Al-Quur’anul Majid An-Nuur. Semarang: Pustaka Rizki Putra, Cet.Kedua. Jilid 3. 2000 M.
Amrullah. Abdulkarim. Abdulmalik. Tafsir al Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1982
Imam Al-Ghazali. Keagungan Shalat (terjemahan). Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000 M.
Al-Khatib Abu Abdillah. Al-Khusyu’ Fii ShalatI. Perancis: Alkulliyyah Al-Urubiyyah.1421 H./2000 M.

1 komentar:

  1. Setuju, bahkan menurut saya begitu pentingnya kita selalu mengupayakan khusyuk dalam shalat.
    Karena shalat adalah tiang agama, siapa yg khusyuk shalat nya akan berdampak khusyuk pula pada ibadah2 yg.lain.
    Insyaallah.

    BalasHapus