Sabtu, 18 Juni 2011

MUNASABAH

1. Pengertian Munasabah
Kata munasabah secaraetimologi berasal dari akar kata ( ناسب- يناسب- مناسبه ). Berarti keserupaan (المشاكله) (المقاربة) kedekatan Apabila dikatakan (قارب- يقارب- مقاربة) maka berarti ia mendekati dan menyerupai fulan yunasibu fulan . Munasabah juga berarti yang bersaudara (مناسبه) yaitu kedekatan dengan adanya hubungan dua orang yang bersaudara. Sedangkan (مقاربة)artinya adanya keterikatan antara keduannya yang disamakan) Yakni kedekatan).
Dalam pembahasan qiyas Munasabah diartikan dengan kesesuian pada illat artinya sifat yang berdekatan dengan hukum (al-wasf al-muqarib li al hukm) gambaran yang berhubungan dengan hukum, karena apabila diperoleh kedekatan melalui adanya dugaan tentang sifat, maka akan diperoleh hukum.
Secara terminology munasabah al-Qur’an ialah:
Menurut az-zarkasyi
المناسلبة امر معقول ادا عرض علِى العقلول تلقته بالقبول
Suatu hal yang dapat dipahami, tatkala dihadapkan pada akal, pasti akal itu akan menerimanya

Menurut manna’al-Qathathan
وجه الاءرتباط بين الجملة و الجملة فى الاية الواحدة او بين الاية والاية فى الاية المتعددة او بين السورة والسورة
Munasabah adalah sisi keterkaitan antara beberapa ungkapan di dalam suatu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat, atau antar surat di dalam al-Quran
Menurut ibn al’arabi
ارتباط اى القران بعضلها ببعض حتى تكون كالمة الواحدة متسقة المعانى منتظمة المبانى
Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat al-Quran sehingga seolah-olah merupakan suatu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi.
Dari pengertian secara terminology munasabah dapat ditarik kesimpulan yaitu
1. Suatu hal yang dapat dipahami ketika dihadapkan pada akal
2. Keterikatan dari beberapa ayat atau surat sehingga ada keserasian
Dapat disimpulkan sebagai berikut
Dari defenisi diatas dapat dipahami bahwa Munasabah al-Qur’an adalah suatu methode yang dipergunakan untuk menemukan segi-segi relevansi antara ayat yang satu dengan ayat lain dan surat yang satu dengan surat yang lain. Relevansi ini pada akhirnya dapat mewujudkan keterpaduan pesan-pesan al-Qur’an secara integral, tidak lagi parsial.

2. Cara mengetahui Munasabah dalam al-Qur’an dapat dilakukan dengan beberapa langkah:

1. Mengetahui susunan kalimat dan maknanya.
Imam al-Suyuthi memberikan penjelasan bahwa harus ditemukan dahulu apakah ada huruf athaf yang mengaitkannya dan adakah satu bagian merupakan penguat, penjelas ataupun pengganti bagi bagian yang lainnya.Apabila terdapat sesuatu yang dirangkaikan maka di antara keduanya mempunyai sisi yang bersatu seperti firman Allah :
Artinya: Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun”. (QS. Saba’: 2)
Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezki dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”( QS. Al-Baqarah: 245)

2. Mengetahui maudhu’ atau topik yang dibicarakan.
Subhi al-Shalih mengatakan, bahwa pada satu surat terdapat maudhu’ yang menonjol, keseluruhannya terdiri dari bagian-bagian dalam ayat-ayat yang saling bersambungan dan berhubungan.Ukuran wajar atau tidaknya persesuaian ayat yang satu dengan yang lain, atau surat yang satu dengan surat yang lain, dapat diketahui dari tingkat kemiripan atau kesamaan maudhu’ itu. Jika persesuaian itu mengenai hal yang sama dan ayat-ayat yang terakhir suatu surat terdapat kaitan dengan ayat-ayat permulaan surat berikutnya, maka persesuaian yang demikian itu adalah masuk akal dan dapat diterima. Tetapi, apabila mengenai ayat-ayat atau surat-surat yang berbeda-beda sebab turunnya dan tentang hal-hal yang tidak sama, maka sudah tentu tidak ada munasabah antara ayat-ayat dan surat-surat itu.
 
3. Mengenai asbab al-Nuzul.
Yakni sebab-sebab turunnya ayat-ayat mengenai satu topik di dalam sebuah surat dengan topik yang sama pada surat yang lain. Kesamaan topik tersebut dapat dilihat dari latar belakang historis turunnya ayat.Melalui pengetahuan terhadap Asbab al-Nuzul ayat akhirnya dapat memberikan kontribusi dalam menemukan munasabah antara ayat dan antara surat dalam al-Qur’an.

3. Macam-macam tema munasabah

a. Tema munasabah dalam bentuk kebahasaan
Surat al-Fatihah dengan surat berikutnya, yaitu surat al-Baqarah, hubungan khusus bersifat kebahasaan, sementara hubungan umumnya lebih berkaitan dengan isi dan kandungan.hubungan kebahasaan tercermin dalam dalam surat al-Fatihah diakhiri denga doa
“Tunjukilah Kami jalan yang lurus,” (al-Fatihah 6)
Do’a ini mendapat jawabannya pada permulaan surat al-Baqarah
“ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (al-Baqarah 2)
Atas dasar ini bahwa teks tersebut bersinambungan; seolah-olah ketika mereka memohon hidayah (petunjuk) ke jalan yang lurus maka dikatakanlah kepada mereka: petunjuk lurus yang engkau minta itu adalah al-Kitab.
 
b. Munasabah dalam bentuk irama pengucapan
“. 1.Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus”(al-Kausar 1-3)

c. Tema munasabah dalam bentuk kandungan isi
Contoh surat yang ada hubungannya dengan surat sebelumnya yaitu al-fath ada hubungannya dengan surat sebelumnya surat al-Qital/Muhammad dan juga surat sesudahnya al-Hujurat.
Al-Qital al-Fath al-Hujurat
Peperangan
Fathul makah,perdamaian hudaybiyah
Pengaturan bagaimana keamanan, sikap orang muslim terhadap Nabi
(Al-Qital prolognya)-(al-Fath akibat atau hasil)-(al-Hujrat follow up nya)

4. Macam-macam Munasabah

Macam-macam Munasabah dalam al-Qur’an dapat dilihat sebagai berikut :
1. Hubungan kata demi kata dalam satu ayat.
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”(QS. al-Ghasyiyah: 17-20)
Tampaknya tidak ada relevansinya dan perpaduan pikiran pada ayat tersebut.Sebab tampaknya, meninggikan langit terpisah dari menciptakan unta.Menegakkan gunung terpisah dari meninggikan langit dan menghamparkan bumi terputus dari menegakkan gunung.Tetapi al-Zarkasyi telah menunjukkan ada munasabah antara ayat-ayat itu, dengan menyatakan, bagi masyarakat Arab badui yang masih hidup primitif pada waktu turun al-Qur’an binatang unta adalah sangat vital untuk kehidupan mereka.Unta-unta itu sudah tentu perlu makan dan minum.Sedang untuk keperluan makan dan minum unta itu memerlukan air.Itulah sebabnya mereka selalu memandang ke langit untuk mengharapkan hujan turun.Mereka juga memerlukan tempat yang aman untuk berlindung.Tempat itu tidak lain adalah gunung-gunung. Kemudian mereka selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk kelangsungan hidupnya, sebab mereka tidak bisa lama tinggal di satu tempat. Maka apabila seorang Badui melepas khayalnya, maka gambaran-gambaran di atas akan terlihat di depannya, sesuai dengan urutan ayat-ayat itu.
2. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya
Menerangkan dan menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya, contoh surat al-Fatihah terdapat ungkapan yang berkorelasi dengan surat al-Baqarah
“segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (al-Fatihah 2)
“karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (al-Baqarah 152)
“dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (al-Baqarah 186)
3. Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya
Contohnya surat (al-Baqarah 67-71) cerita tentang lembu betina, mengandung inti pembicaraan tentang kekuasaan Allah membangkitkan orang mati degan kata lain tujuan surat ini adalah menyangkut kekuasaan Allah dan keimanan pada hari kiamat
4. Munasabah antar bagian suatu ayat
Munasabah antarbagian surat sering berbentuk pola munasabah (at-tadhad )perlawanan
Contoh :
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya .dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (al-Hadid 4)
5. Munasabah yang letaknya berdampingan
“Tunjukilah Kami jalan yang lurus,” (al-Fatihah 6)
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (al-Baqarah 2)
Jalan yang lurus adalah -----al-Quran
6. Munasabah antar suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat di sampingnya
Contoh dalam surat al-Baqarah ayat 1-20 yaitu Allah memulai penjelasannya tentang kebenaran dan fungsi al-Quran bagi orang yang bertaqwa.dalam kelompok ayat berikutnya dibicarakan tentang tiga kelompok manusia dan sifat mereka yang berbeda-beda yaitu mu’min, kafir, munafik.
7. Munasabah antar penutup surat dengan awal surat berikutnya
Contoh :
“semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah) dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (al- hadid 1)
Bermunasabah dengan akhir surat sebelumnya (al-Waqiah 96)
“Maka bertasbihlah dengan menyebut nama Rabbmu yang Maha besar” (al-Waqiah 96)
5. Manfaat mempelajari munasabah
1. Menyempurnakan dan memperkuat keakuratan penafsiran al-Qur’an.
2. Mempermudah memahami keserasian antar makna dalam menentukan maksud dan tujuan ayat dan surat.
3. Membuktikan keindahan gaya bahasa al-Qur’an, keteraturan bahasa dan kemukjizatan.
4. Yang menjawab dan meluruskan anggapan para orientalis bahwa ayat al-Qur’an tumpang tindih dan kacau balau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar